Tips Menjaga Kesehatan Mental Bagi Pelajar

Mental health atau kesehatan mental menjadi isu yang hangat diperbincangkan tidak hanya di masyarakat secara umum, tetapi juga di dunia pendidikan. Perubahan pola pembelajaran, kesulitan beradaptasi, tingkat penguasaan teknologi, dan ketidaksiapan menghadapi segala keterbatasan memunculkan tekanan-tekanan dan juga tantangan. Keadaan yang serta-merta terjadi ini sangat mempengaruhi tidak hanya kesehatan mental guru, tetapi juga kesehatan mental siswa/pelajar. Pelajar yang notabene berada pada usia anak-anak dan remaja masih menjadi golongan paling tinggi yang mengalami stres.
Seperti kesehatan fisik, kesehatan mental juga sangat perlu untuk dijaga dan dipelihara. Keadaan penuh tekanan yang membuat orang stres dapat menginterupsi kemampuan seseorang untuk mengarahkan perhatian, membuat perencanaan, dan mengelola emosi sehingga sulit untuk berpikir dengan jernih. Jika hal ini terjadi pada pelajar kemudian dibiarkan berlarut-larut, akan menimbulkan akibat yang fatal.
Menjaga kesehatan mental adalah kunci utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kesehatan mental yang terjaga dengan baik dapat membuat pelajar mampu menjalani aktivitas belajar dengan lebih optimal. Mental health atau kesehatan mental menjadi isu yang hangat diperbincangkan tidak hanya di masyarakat secara umum, tetapi juga di dunia pendidikan. Perubahan pola pembelajaran, kesulitan beradaptasi, tingkat penguasaan teknologi, dan ketidaksiapan menghadapi segala keterbatasan memunculkan tekanan-tekanan dan juga tantangan. Keadaan yang serta–merta terjadi ini sangat mempengaruhi tidak hanya kesehatan mental gutu tetapi juga siswa atau pelajar yang bersangkutan.
Salah satu tips/cara yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kesehatan mental khususnya bagi pelajar dalam lembaga pendidikan yaitu penerapan 5T. 5T ini adalah Talking, Training, Teaching, Tools, dan Taking Care. 5T dapat diterapkan agar stres mereka tak makin menumpuk dan menjadi depresi.
T pertama adalah Talking about mental health. Para pelajar harus diedukasi dan dirangkul agar mudah mengungkapkan tentang kondisi kesehatan jiwa dan mentalnya. Hal ini bertujuan agar mereka memiliki kesadaran untuk meminta bantuan pada profesional dan mengurangi stigma yang ada pada masyarakat.
“Dengan edukasi dan keterbukaan untuk para pelajar, maka masalah yang dihadapi dapat terselesaikan dengan tepat dan baik. Pada dasarnya gangguan jiwa ini sama dengan penyakit lain. Jika diketahui diagnosanya sedari dini, dapat diberi penanganan yang tepat.”
T kedua adalah Training, yaitu memberikan pelatihan-pelatihan kepada tenaga pendidik di sekolah. Hal ini dibutuhkan agar tenaga pendidik bisa memberikan informasi yang benar kepada para pelajar. Selain itu, hal ini juga dapat mengurangi disinformasi dan tidak menimbulkan kebingungan pada siswa.

Ketiga, Teaching, yaitu mengintegrasikan sistem pembelajaran dalam kurikulum sekolah ataupun dalam pembelajaran mengenai kesehatan mental.

Keempat adalah Tools, yaitu tersedianya infrastruktur untuk menyalurkan beban mental yang dialami siswa. Misalnya dengan menyediakan saluran curhat, ruang rekreatif di sekolah, atau sejenisnya.

Terakhir, Taking care yang ditujukan kepada para tenaga pendidik untuk peduli dengan kesehatan mental dirinya dan siswa. Kedua belah pihak harus saling menjaga. Dengan begitu, stakeholder di sekolah dari atas hingga bawah memiliki kesadaran yang baik tentang pentingnya menjaga kesehatan mental.

Poin terakhir itu juga sangat menentukan, karena tenaga pendidik adalah agen utama. Jadi, pihak sekolah juga perlu meningkatkan kesehatan jiwa tenaga pendidiknya.
Untuk menjaga kesehatan mental pelajar, diperlukan kerja sama antara pihak sekolah, orang tua, dan juga keterbukaan dari pelajar itu sendiri.

Writer Jurnalis Nuansa http://nuansa.nusaputra.ac.id

Artikel di kirim setiap hari dengan tampilan yang ditentukan berdasarkan kesepakatan pengurus blog www.nuansa.nusaputra.ac.id

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours