Strategi Mengajar Bahasa Inggris di Tingkat Sekolah Dasar

Estimated read time 3 min read

Sudah kita ketahui bahwasanya anak SD memiliki karakteristik yang istimewa dan berbeda-beda setiap orangnya. Namun, sebagian besar karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Terutama dalam mempelajari bahasa asing, semisal bahasa Inggris, pendidik harus bisa menggunakan strategi yang tepat agar siswa tidak jenuh dan bosan, juga supaya siswa dapat dengan mudah melafalkan kosa kata Bahasa Inggris.

Pendidik dapat membiasakan berbicara bahasa Inggris, tentunya menggunakan kosa kata sederhana yang sudah dikenalkan kepada siswa. Semakin lama dan sering siswa menghabiskan waktu mempelajari bahasa Inggris, semakin cepat dan baik mereka mempelajari bahasa tersebut. Semakin banyak dan sering pendidik mengenalkan siswanya bahasa Inggris, mereka berasumsi bahwa akan semakin cepat dan baik siswa menggunakan bahasa Inggris karena lebih terbiasa. Dalam hal ini, pendidik dapat menggunakan strategi instruksional.

Strategi instruksional merupakan salah satu cara di mana pendidik dalam mengajarkan sesuatu itu dengan cara melakukan perintah-perintah di dalam kelas. Strategi instruksional merupakan salah satu cara di mana siswa menerima berbagai macam instruksi berdasarkan bahasa Inggris dan mendapatkan dukungan dari situasi kelas. Misalnya, guru bisa memberi instruksi: come! (sambil melambaikan tangan), sit (sambil menunjuk kursi), stand up (sambil mendemonstrasikan berdiri).

Orang tua juga sebagai pendidik di rumah jangan kalah. Kenalkan anak Anda (bisa dimulai dari usia 2 tahun) dengan perintah sederhana semacam: it’s mommy (tunjuk ibunya), it’s daddy (tunjuk ayahnya), sit, close the door (peragakan, contohkan). Orang tua membiasakan anak belajar bahasa dengan mengenalkan konteks dengan demonstrasi langsung ini dinamakan Total Physical Response (TPR). TPR adalah metode pembelajaran bahasa yang mengoordinasikan antara bicara dan aksi. Saat yang bersamaan berbicara, saat itu juga diberi contoh.

Program seperti ini sesungguhnya baik dan menguntungkan karena memberi banyak peluang anak berinteraksi dengan bahasa asing. Apalagi jika di sekolah dan di rumah guru beserta orang tua bersama-sama menjalankan program ini secara sinergis. Semakin banyak peserta didik mendengar dan menggunakan bahasa asing, maka semakin cepatlah mereka mengembangkan keahlian bahasa asingnya.

Pada saat membiasakan anak dengan bahasa Inggris, jangan menyuruh terjemahkan artinya, cukup tunjuk makna yang dimaksud. Misal, jangan mengatakan “Nak, merah itu red“, lalu menyuruh anak menuliskannya. Lebih baik perlihatkan warna merah, tunjuk, lalu sebutkan kata “red”. Minta anak mengulang. Cara seperti ini membuat anak tidak bingung karena seolah-olah hanya sedang belajar satu bahasa. Ketika diterjemahkan, anak merasa belajar dua bahasa. Hal ini akan dirasa sulit olehnya dan mungkin menurunkan semangatnya.

Para guru harusnya menyadari bahwa mengajarkan bahasa asing tetap harus melibatkan bahasa pertama (bahasa rumah). Hal ini ditujukan untuk tetap menjalin suasana saling menguatkan antara pembelajaran bahasa dengan rumah, dan bahasa rumah difungsikan sebagai jembatan yang menghubungkan proses pembelajaran bahasa asing dengan pemahaman yang dapat ditangkap secara keliru oleh peserta didik.

Instruksi sederhana boleh menggunakan bahasa Inggris/bahasa sasaran, tapi menjelaskan konsep dan maknanya bisa diselingi dengan bahasa ibu atau bahasa rumah mereka secara sederhana. Bahkan penelitian menemukan indikasi bahwa peserta didik yang diajarkan bahasa Inggris dengan pengantar bahasa ibu di dalam kelas ternyata dapat menyerap pembelajaran bahasa asing lebih daripada kelas yang menggunakan bahasa asing full. Oleh karena itu, apabila terdapat peserta didik yang dapat menyerap berbagai keahlian berbahasa dengan menggunakan bahasa pertamanya, maka alangkah baiknya bila guru menggunakan dua bahasa saat proses pembelajaran bahasa terjadi.

Writer Jurnalis Nuansa http://nuansa.nusaputra.ac.id

Artikel di kirim setiap hari dengan tampilan yang ditentukan berdasarkan kesepakatan pengurus blog www.nuansa.nusaputra.ac.id

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours