Apa Telepati Dapat digunakan Dengan Bebas di Masa Depan

Estimated read time 4 min read

 

Kata telepati mungkin terdengar asing di telinga sebagian orang, akan tetapi bagi orang-orang yang suka akan film-film fiksi ilmiah mungkin sudah familiar dengan kata tersebut dan ingin mereka wujudkan. Lalu, apa itu telepati? Mengutip dari wikipedia telepati adalah kemampuan untuk berkomunikasi atau saling menukarkan informasi dengan orang lain tanpa menggunakan indra. Dalam film-film, telepati digambarkan begitu fantastis. Antara dua orang mampu saling bercakap-cakap tanpa perlu berbicara. Namun, tentu saja telepati tidak sespektakuler yang digambarkan dalam film. Kebanyakan informasi yang disampaikan dalam telepati hanyalah berupa gambaran-gambaran singkat.

Dalam parapsikologi, kembali mengutip dari wikipedia telepati dipercaya melibatkan fisiologis tubuh. Tidak semata-mata pikiran yang bekerja. Penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang menyampaikan sebuah informasi telepatik kepada orang lain, terjadi perubahan fisiologis dalam diri pengirim. Pada saat seorang pengirim pesan diminta berkonsentrasi memikirkan penerima pesan, respon kulit galvanik atau GSR, yang merupakan detektor alamiah terhadap stres psikologis dalam diri seseorang meningkat. Pada saat relaks, GSR-nya kembali menurun.

Penelitian di laboratorium tersebut juga menunjukkan bahwa pada saat pengirim pesan berkonsentrasi pada penerima pesan, di mana terjadi peningkatan GSR, penerima pesan juga mengalami kenaikan GSR. Saat pengirim pesan dalam kondisi relaks, secara otomatis, GSR penerima pesan juga ikut menurun. Padahal, penerima pesan tidak tahu apakah pengirim pesan sedang berkonsentrasi atau sedang relaks. Jadi, secara fisiologis, penerima pesan merespon perubahan fisiologis pengirim pesan.

Dalam bidang parapsikologi, telepati dianggap sebagai suatu bentuk indra keenam di mana informasi dihubungkan melalui kemampuan psi. Hal ini sering dikategorikan sama dengan prekognisi dan kewaskitaan. Berbagai percobaan telah digunakan untuk menguji kemampuan telepati. Di antara yang paling terkenal adalah penggunaan kartu Zener dan metode Ganzfeld.

Lalu apa telepati dapat digunakan dengan bebas di masa depan? Jawabannya mungkin saja, apalagi melihat kemajuan teknologi yang sangat cepat dan mungkin bisa dibilang tidak masuk akal, banyak sekali hal-hal yang awalnya hanya berupa hayalan atau bahkan mungkin dianggap mustahil tercipta berkat kemajuan teknologi. Contohnya saja smartphone yang sudah benar-benar melekat dengan kehidupan manusia modern, dengan smartphone kita dapat terhubung dan berinteraksi dengan orang yang tempatnya berjauhan dengan kita, yang tentu saja ini akan susah diterima oleh orang yang tidak mengenal smartphone.

Tapi, bukan itu yang akan kita bahas, yang akan kita bahas adalah headset NeuroSky Mindwave Mobile. Headset NeuroSky Mindwave Mobile merupakan sebuah perangkat BCI. Dikutip dari jounal.unj.ac.id BCI atau Brain Computer Interface adalah sistem yang memungkinkan mengontrol perangkat keras menggunakan sinyal otak manusia menggunakan metode Electroencephalography (EEG). Sedangkan, menurut journal.uinsgd.ac.id EEG (ElectroencephalographyElectroencephalography) merupakan sistem yang dapat mendeteksi sinyal biologi dari aktivitas otak. Headset ini menggunakan sensor kontak tunggal yang dipasang pada dahi sebelah kiri dan daun telinga. Data keluaran dari headset ini adalah berupa delapan spektrum sinyal EEG (delta, theta, low-alpha, high-alpha, low-beta, high-beta, dan low-gamma), eSense Attention, dan Meditation. Data eSense Attention mengindikasikan tingkat konsentrasi pengguna headset, sedangkan eSense Meditation mengindikasikan tingkat relaksasi pikiran dari pengguna headset.

Mungkin untuk saat ini fungsinya masih sederhana, tapi bila terus dikembangkan bukannya tidak mungkin kalau nantinya kita bisa saling bertukar informasi atau data yang lebih kompleks lagi. Opini ini saya buat berdasarkan video “TED How to control someone else’s arm with your brain” dalam video tersebut Greg Gage memasangkan sebuah elektroda pada lengan seorang relawan yang disambungkan pada komputer, sehingga elektroda tersebut dapat merekam sinyal otak dari relawan tersebut. Pada percobaan kedua, Greg Gage kembali memasangkan sebuah elektroda pada lengan relawan yang lain, kemudian elektroda tersebut kembali dipasangkan pada komputer yang telah terpasang elektroda dari relawan sebelumnya, dan hasilnya adalah salah satu relawan dapat mengambil kesadaran atas lengan relawan yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada link berikut : https://youtu.be/rSQNi5sAwuc.

Jika terdapat kesalahan dalam penulisan opini berikut baik dalam teori ataupun yang lainnya saya minta maaf.

Writer Jurnalis Nuansa http://nuansa.nusaputra.ac.id

Artikel di kirim setiap hari dengan tampilan yang ditentukan berdasarkan kesepakatan pengurus blog www.nuansa.nusaputra.ac.id

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours