PELUKMU YANG KURINDUKAN ( Part #3 ) by Gisna Amaliah

Estimated read time 4 min read

    Semenjak bapak sudah tidak ada, ibulah yang menggantikan bapak untuk menjadi tulang punggung keluarga. Ibu mencari kerja ke kota, dan mendapatkan pekerjaan sebagai baby sitter, dan aku tinggal bersama nenekku, yaitu ibunya bapak. Ibu pulang paling sebulan sekali, dan ketika ibu sudah mau pulang biasanya aku menunggu ibu di gang jalan menuju ke rumah bersama dengan kakakku, yang merupakan anak dari kakak bapakku. Biasanya ibu pulang membawa makanan ataupun mainan yang aku minta kepada ibu melalui telepon kakakku. Semenjak bapak gaada, terus ibu kerja, aku mulai terbiasa sendiri, terkadang kalo kakakku sekolah, aku bermain sendiri. Dan emang kakakku jarang ada di rumah nenek, jadi mau tidak mau aku di rumah bermain sendiri. Meskipun ada nenek, tapi nenek sudah tua, dan sekali-sekali nenek menemaniku bermain.

    Hingga pada akhirnya ketika usia ku memasuki umur 5 tahun, saat itu aku pulang sekolah TK, dan melihat ibu pulang bersama seorang pria, ternyata pria yang ibu bawa ke rumah itu merupakan calon bapak baruku. Jujur saja, aku kurang senang dengan pria tersebut, jangankan menemuinya, melihatnya saja aku sudah tidak mau. Ketika ada calon suami ibu ke rumah, sepulang sekolah aku langsung pergi ke rumah sodaraku, dan menunggu pria tersebut pulang, baru aku bisa pulang ke rumah. Perkenalan ibu dengan pria tersebut terbilang sangat singkat, karena memang ibu dan pria tersebut di jodohkan, dan akhirnya ibu merasa cocok dengan pria tersebut, akhirnya ibu menikah, meskipun aku tidak setuju dengan pernikahan itu.

   Ketika ibu sudah menikah, ibu di bawa oleh suaminya ke rumah suaminya, dan aku masih tinggal bersama nenek, karena memang aku enggan untuk ikut bersama mereka. Tapi entah kenapa beberapa minggu dari ibu pindah, ibu mengajakku untuk ke rumah barunya, dan aku pun mengiyakan. Mulai dari sanalah aku menempuh pendidikan Sekolah Dasar ku sampai dengan lulus sekolah SMA. Karena kebetulan keadaan ibu kurang dari segi ekonomi, karena suaminya pun hanya bekerja sebagai buruh. Jadi kami hidup dengan kesederhanaan. Mau tidak mau, aku yang anak pertama, dan wanita satu-satunya, diharuskan untuk bekerja, untuk memenuhi dan meringankan beban ibu. Meskipun ibu tidak menyuruhku untuk bekerja, tetapi aku tau bahwa ibu mau aku bisa mencari uang sendiri, bukan karena ibu ingin menikmati hasil kerja kerasku, tapi ibu bilang ibu mau aku belanja dengan uang ku sendiri, karena ibu belum bisa ngasih apa yang aku mau, seperti dulu ketika masih ada bapak. Aku pun mengerti dengan maksud ibu. Dan setelah lulus sekolah aku mulai mencari kerja kesana kesini, dan untungnya aku punya kemampuan di bidang seni, jadi aku manfaatkan untuk membuka jasa Henna Wedding Art. Yaa meskipun tidak setiap hari ada job, tapi setidaknya cukup untuk jajan aku beberapa hari, dan meringankan pengeluaran ibu.

   Aku pun pernah bekerja di pabrik menjadi karyawan di PT.Jaya Abadi. Meskipun tidak lama kerja disana, tapi setidaknya aku sudah memberi sedikit kerja kerasku ke ibu. Aku resign dari tempat kerja ku karena lingkungan di sana toxic. Setelah resign, aku mencoba mencari pekerjaan lain lagi, dan akhirnya temanku mengajakku bekerja di perusahaan menjadi Salles Marketing. Aku pun tertarik, tetapi tidak lama juga aku bekerja disana. Dan setelah itu aku sempat nganggur beberapa bulan, hingga aku memutuskan untuk kuliah. Karena kebetulan ada beasiswa yang ditawarkan oleh adik dari ibuku. Jujur saja, ibu sempat melarang ku untuk kuliah, karena khawatir ibu tidak bisa membiayai aku, karena mengingat keadaan kami sangat pas-pasan. Tapi aku terus meyakinkan ibu sampai akhirnya ibu setuju.

   Namun di balik semua perjuanganku yang emang gak mudah, keadaan yang membuat mentalku dihantam habis-habisan, berjuang demi masa depan. Dari sanalah kadang aku bingung menentukan jalan untuk pulang kemana, karena pada kenyataannya rumah pertamaku sudah tidak ada lagi. Rumah yang dulunya sering memberikan kehangatan dalam setiap suasananya, sekarang hanya tinggal kenangannya saja. Rumah pertamaku untuk setiap keluh kesahku adalah sosok bapakku yang gak bisa tergantikan oleh siapapun dan kapanpun. Alfatihah untuk bapak, semoga tenang di alam sana.❤️

   Dan sekarang, aku udah bisa terbiasa apa-apa sendiri pak, si “Bolu” kecil yang dulunya manja sama bapak, sekarang sudah menjadi si “Bolu” yang mandiri dan juga kuat dalam hal apapun, semoga niatnya aku bisa banggain bapak sama mama bisa terwujud ya pak, dan semoga kuliahnya aku lancar sampai wisuda nanti. Aku janji nanti setelah wisuda mau langsung berkunjung ke rumahnya bapak sambil pake baju toga bukti bahwa aku, anakmu sudah berhasil menjadi sarjana, seperti yang bapak dan mama mau.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours