Mengenai Filsafat Stoikisme

Estimated read time 3 min read

Dewasa ini pembahasan tentang filsafat sedang hangat diperbincangkan, orang-orang dengan rasa penasaran yang tinggi mencari tahu banyak hal tentang aliran filsafat dan ada juga yang mempercayai bahkan menganut aliran filsafat yang menurut mereka masuk akal. Filsafat kerap dianggap sebagai aliran yang menyalahi aturan agama atau bertentangan dengan agama, namun tenang filsafat yang akan dibahas kali ini tidak bertentangan dengan agama apa pun.

Nama filsafat ini yaitu Stoikisme biasa disebut juga dengan Stoa. Stoikisme ini adalah Filsafat Yunani Kuno yang didirikan di kota Athena, Yunani, oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 SM. Ada pula yang mencatat Stoikisme baru resmi pada tahun 108 SM. Jadi kira-kira stoikisme ini sudah berdiri sekitar 2.300 tahun.

Tokoh-tokoh filsafat ini berasal dari berbagai kalangan, ada seorang kaisar, pejabat, dan juga pedagang, jadi stoikisme ini sangat relevan untuk dijalankan oleh berbagai kalangan. Tokoh stoikisme yang terkenal yaitu Epictetus, Seneca, Marcus Aurelius, Zeno.

Prinsip dalam stokisme ini adalah Dikotomi Kendali. Yaitu ada hal-hal dalam hidup ini yang bisa kendalikan (Faktor Internal) dan yang tidak bisa kita kendalikan (Faktor Eksternal). Hal apa saja yang termasuk ke dalam prinsip ini menurut stoikisme?

Faktor Internal

  • Opini dan persepsi kita
  • Keingininan kita
  • Tujuan kita
  • Segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri

Faktor Eksternal

  • Tindakan orang lain
  • Opini orang lain
  • Reputasi/popularitas kita
  • Kesehatan
  • Kekayaan
  • Kondisi kita saat lahir, seperti jenis kelamin, orang tua, saudara-saudari, etnis/suku, kebangsaan, warna kulit, dan lain-lain.
  • Kondisi alam

Nah, filsafat stoikisme ini mengajarkan kita untuk fokus terhadap faktor internal yaitu hal-hal yang bisa kita kendalikan dan jangan pusingkan faktor eksternal yang berada di luar kendalikan seperti tindakan orang lain atau opini orang lain. Epictetus yang merupakan tokoh filsafat stoikisme menyebutkan dalam buku Enchiridion.

“Hal-hal yang berada di bawah kendali kita bersifat merdeka, tidak terikat, tidak terhambat; tetapi hal-hal yang tidak di bawah kendali kita bersifat lemah, bagai budak, terikat dan milik orang lain. Karenanya, ingatlah, jika kamu salah mengira hal-hal yang bagaikan budak bersifat bebas, dan hal-hal yang merupakan milik orang lain sebagai milikmu sendiri…maka kamu akan meratap, dan kamu akan selalu menyalahkan para dewa dan manusia.”

Simpelnya gini, kita tidak akan merasa kecewa kalo fokus kita terhadap hal-hal di luar kendali kita, seperti opini orang lain, tindakan orang lain atau bahkan kita menyesali jenis kelamin kita, situasi wajah kita, dll. Kadang kala banyak sekali orang yang mempermasalahkan kondisi tubuh mereka saat lahir, “Kenapa rambut gue keriting?” “hidung gue kok pesek?” “Gimana ya pandangan dia ke gue?” Sungguh, kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan jika memikirkan hal-hal tersebut.

Stoikisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari hal-hal yang bisa kendalikan. Dengan kata lain kebahagiaan hanya datang dari dalam, yang artinya kita tidak bisa menggantungkan kebahagiaan kita kepada hal-hal yang di luar kendali kita. Menggantungkan kebahagiaan pada hal yang tidak bisa kita kendalikan seperti perlakuan orang lain, opini orang lain, status sosial, kekayaan, popularitas dan lainnya merupakan sikap yang tidak rasional.

Okee, sekilas tentang stokisme di artikel kali ini, aku akan lanjut bahas tentang filsafat stoikisme di artikel lainnya pada minggu depan. Salam Jurnalis Nuansa.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours