KAPAL TUA

Estimated read time 3 min read

Diartikel kali ini akan lebih kepada meneruskan kata-kata dari seorang komika dari Timur. Karena saya merasa terinspirasi dari komika  asal Indonesia Timur ini. ‘Abdul Arsyad’ dia berkata bahwa ia melihat Indonesia seperti kapal tua yang berlayar taktau arah. Arahnya ada, hanya nahkoda kita yang tidak bisa membaca. Mungkin dia bisa membaca tetapi tertutup hasrat membabi buta. Hasrat hidup dikeluarga, saudara, kolega dan mungkin istri muda. Indonesia itu memang seperti kapal tua dengan penumpang berbagai rupa ada dari Sumatera, Jawa, Madura, Sumbawa hingga Papua Bersatu dalam Nusantara.

Beliau berkata 6 kali sudah kita mengganti Nahkoda tetapi masih jauh dari kata sejahtera. Dari dulu, dari teriakan kata Merdeka hingga sekarang banyak teriakan-teriakan yang lebih kepada mengikuti perkembangan era globalisasi. Nahkoda pertama, sang Proklamator Bersama Hatta membangun dengan semangat Pancasila dan terkenal dikalangan Wanita. Ia pernah berkata mampu guncangkan dunia dengan 10 pemuda, tetapi iyu kurang satu untuk tim sepak bola, kalau begini kapan baru kita ikut piala dunia. Nahkoda kedua, 32 tahun berkuasa, dating dengan program bernama pelita, Bapak pembangunan bagi mereka, bagi saya tidak ada bedanya. Penumpang bersuara berakhir di penjara atau hilang dilautan tanpa berita. Nahkoda ketiga, sang wakil yang naik tahta ewarisi pecah belanya masa orba, belum sempat menjelajahi Samudera ia terhenti di tahun pertama. Dibanggakan di Eropa dipermainkan di Asia. Jerman dapat ilmunya, kita dapat apa? Antrian Panjang nonton filmnya. Nahkoda selanjutnya sang Qiayi dengan hati terbuka, ia terhenti dalam sidang istimewa Ketika para tokoh-tokoh reformasi berebut istana. Nahkoda kelima, Nahkoda pertama sang Wanita, dari tangan ibunya Bendera Pusaka tercipta. Kata bapaknya berikan aku 10 pemuda dan akan mengguncangkan dunia tetapi apa daya itu diluar dari kemampuan ibu beranak tiga. Mungkin akan berapa kali menikah untuk mendapatkan 10 pemuda. Nahkoda ke 6 bagian A, kenapa bagian A sengaja biar tetap pada Rima A. Dua pemilu mengguli perolehan suara dua kali disumpah atas nama Garuda, tapi itu hanya awal cerita. Cerita panjangnya terpampang di banyak media, lampindo, mundir, senturu, hambalan kami menolak lupa. Kini ia telah hadir di sosial media entah apa ingin ia lakukan, mungkin saja ingin mencari suara dari sosial media. Setelah empat album yang entah seperti apa, mungkin ia akan membuat film malam minggu istana.

Nahkoda selanjutnya seorang Insinyur dengan kesederhanannya meperoleh dua periode, dari kesederhanaan dan kedermawaanya bahkan sampai sekarang ada Sebagian kalangan yang menginginkan ia menjabat lagi, tetapi apa daya dalam Undang-Undang masa jabatan hanya bisa dua periode. Mampu mengembalikan penguasaan sumber daya alam ke pemerintahan Indonesia, jadi tuan rumah perhelatan besar dunia, dan genjot pembangunan infrastruktur, tetapi beritanya terlalu memusat pada ibu kota. Di kota banjir diliput desebarkan ke media sosia namun mengapa di wilayah plosok kekurangan air itu luput?.

Tidak gampang untuk bisa menjabat menjadi seorang presiden, dan tidak gampamg untuk memenuhi semua permintaan masyarakat. Mungkin Bapak Jokowi sudah memberikan yang terbaik dan itu artinya bahwa harus ada yang melanjutkannya. Sekarang masa pemilihan hampir tiba, saatnya kita untuk memilih siapa yang pantas untuk melanjutkan kinerja kerja Presiden sebelumnya atau mungkin merubahnya dan menjadikannya lebih baik sehingga bisa membayar semua permintaan-permintaan masyarakat yang belum dikabulkan.

Siapa yang pantas menjadi pemimpin selanjutnya? Pastikan pemimpin selanjutnya benar-benar memahami arti dari Bhineka Tunggal Ika bukan Boneka milik Amerika. Dan pastikan suara kita adalah suara rakyat bukan suara Partai Politik.

Penulis: Chico

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours