“Semua Akan Indah Pada Waktunya”, Tapi Kapan?

Pengantar
Premis premis yang jadi titik berangkat kami bukanlah sesuatu yang sewenang wenang, bukan dogma,
bukan perkara risalah dari surga yang turun ke bumi tapi yang jadi perkara disini adalah naik dari bumi
ke surga, tidak berangkat dari apa yang orangorang katakan, bayangkan, pikirkan, dibayangkan,
dianggap, untuk sampai ke manusia yang menubuh daging, melainkan berangkat dari manusia yang aktif
dan nyata, berlandaskan pada proses hidup mereka, aktivitas mereka di kampus juga kondisi material
kehidupan mereka, baik kondisi yang sudah ada maupun kondisi yang tercipta dari aktivitas mereka di
kampus, karenanya, yang nyata untuk membuktikan perkembangan refleksi ideologis dan gema,
karenanya, dapat di uji sepenuhnya secara empiris.


Pembahasan

Universitas mesti dipahami secara radikal. Tentu saja pemahaman yang umum dipercayai yakni
Pendidikan adalah sarana pencerahan, pengembangan, dan meningkatkan kualitas masyarakat, sudah
menjadi mitos belaka. Penghapusan otonomi dan hakhak mahasiswa, termasuk pelarangan
berorganisasi atau pemberangusan serikat mahasiswa, hingga kooptasi dalam pemerintah mahasiswa,
serta memperketat pemanfaatan ruang dan waktu nonakademik resmi (kuliah, riset, menulis) yang
merupakan ekspresi terbesar untuk menghancurkan resistensi mahasiswa, dan bentuk telanjang
bagaimana melucuti kebebasan mahasiswa dan memperkuat alienasi dalam relasi sosial seharihari.
Digunakan metodemetode control secara lebih terintegritas dan tersentral dalam skala harian seperti
pemasangaan CCTV di ruang kelas untuk mengontrol dosen maupun mahasiswa dan penguatan
kapasitas tenaga sekuriti dalam kampus.


Dalam beberapa bulan terakhir pembatasan pembatasan mahasiswa semakin sering terjadi bertujuan
untuk menormalkan dan menjinakkan kehidupan kampus untuk meredam perlawanan dan protesprotes.
Kejadian ini dimungkinkan oleh kurang sadar dan kurang waspadanya kawankawan mahasiswa yang
turut mengemudikan Organisasi Mahasiswa.


Berhubungan dengan semua ini, maka kedudukan dan rol mahasiswa sebagai pelopor revolusi telah di
perkecil, Organisasi Mahasiswa ditempatkan tidak semestinya sehingga tidak mewujudkan kekuatan
yang tidak berarti dengan demikian sangat berkuranglah tradisi baik dan popularitas Organisasi
Mahasiswa, di perbesar lagi, karena mahasiswa sangat memperkecil kekuatannya, terpengaruh oleh
propaganda dan ancaman kampus. Oleh sebab itu telah jadi takut dan kurang percaya kepada kekuatan
dirinya sendiri


Karena kaum mahasiswa yang membiarkan berkembangnya dan merajalenya Gerakan reaksioner,
malahan turut serta menyongkongnya, telah membuat kesalahan, konsewensi yang sudah semestinya
dari reaksioner itu, ialah taat dan patuh akan aturan kaderisasi yang melemahkan kita. Dapat dikatakan,
bahwa saat itulah Revolusi Kampus kita benarbenar berada dalam bahaya, makin lama makin jelas
merosot kedalam kapitulasi kepada birokrat kampus cs, akibat politik kompromis yang sangat
reaksioner.

 

Penulis: Rio Agung Subagja

More From Author

+ There are no comments

Add yours